- Home>
- Softskill I : Kebudayaan Bangsa Timur
Posted by : Leonita Anggraeni
Senin, 06 April 2015
“Mengenal Kebudayaan dan
Kepribadian Bangsa Singapura”
Dosen: Auliya ar Rahma
Oleh:
Leonita Anggraeni
16114036
Kelas: 1KA08
Sistem Informasi
Fakultas Ilmu Komputer & Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
April
2015
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ilmu budaya dasar ini dengan tepat waktu.
Berikut saya ucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah “Ilmu Budaya Dasar” kami Ibu Auliya Ar Rahma yang telah membimbing saya dalam mata kuliah yang bersangkutan.
Dalam tugas ini saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Mengenal Kebudayaan dan
Kepribadian Bangsa Singapura”.Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ilmu budaya dasar. Semoga karya tulis yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi saya dan semua pihak pembaca.
Demikian kata pengantar ini saya buat. Bila ada kesalahan kata dalam pembuatan makalah
maupun pada kata pengantar ini saya mohon maaf, saya meminta kritik dan saran
yang membangun agar dapat dibuatnya makalah yang lebih baik kelak. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah cakrawala
pengetahuan kita. Sekian dan terimakasih.
Jakarta, 26 Maret 2015
Leonita
Anggraeni
16114036
SINGAPURA
Singapura
adalah salah satu republik di Asia Tenggara dan anggota Persemakmuran, yang
mencakup sekelompok pulau, dengan P. Singapura sebagai pulau terbesar. Di
sebelah barat dan utara berbatasan dengan Selat Johor (Malaysia), di sebelah
timur dan selatan dengan Selat Singapura (Indonesia).
Negara
ini terletak 137 kilometer sebelah utara garis khatulistiwa. Lokasi negara ini
yang strategis, fasilitas infrastrukturnya yang berkembang pesat, kontras
budayanya yang memesona, serta atraksi wisatanya, semua berkontribusi terhadap
kesuksesannya menjadi daerah tujuan unggulan baik untuk bisnis maupun wisata.
Singapura
terletak di kawasan Asia Tenggara tepatnya di antara Malaysia dan Indonesia di
selatan Semenanjung Malaka. Letak Singapura sangat strategis karena terletak di
jalur silang pelayaran internasional. Letak geografis Singapura adalah 1°22’N,
103°48’E.
Singapura
terdiri dari 63 pulau dan yang terbesar adalah pulau Ujong (biasanya disebut
'pulau Singapura'). Di sebelah utara Singapura terdapat dua jembatan menuju
Johor, Malaysia. Luas Singapura sekitar 697 km dan negara terluas ke-192 di dunia.
Titik
tertinggi negara Singapura terletak di Bukit Timah Hill dengan ketinggian 166m.
Hampir dua pertiga wilayah Singapura memiliki ketinggian kurang dari 15 meter di
atas permukaan laut.
Singapura
berbentuk sebuah ketupat. Tanahnya rendah dan bergelombang, dengan beberapa
bukit di sebelah barat laut dan daerah berawa-saya di sebelah barat daya.
Sungai-sungai kecil dan pendek mengalir dari daerah perbukitan ke pantai,
kecuali di sebelah selatan. Di sebelah selatan, Singapura memiliki pelabuhan
akan yang terlindung oleh dua pulau lepas pantai.
Singapura
terletak kira-kira 130 km di utara garis khatulistiwa. Suhu rata-rata tercatat
26C, dengan pergeseran hanya sekitar 1,4C. meskipun demikian, negeri ini
mengalami tiga musim yang berbeda satu sama lain: musim hujan yang sejuk
(November-Maret) mempunyai hubungan dengan angin musim timur laut; musim kemarau yang panas
(April-September) mempunyai hubungan dengan angin musim barat daya; musim
pancaroba (September-November) diwarnai oleh perubahan cuaca yang terjadi
secara mendadak. Curah hujan rata-rata 2.500 mm per tahun.
KERAGAMAN
BUDAYA DAN KEPRIBADIAN SINGAPURA
Singapura
merupakan salah satu negara yang paling padat di dunia. 85% dari rakyat
Singapura tinggal di rumah susun yang disediakan oleh Dewan Pengembangan
Perumahan (HDB). Penduduk Singapura terdiri dari mayoritas etnis Tionghoa
(77,3%), etnis Melayu yang merupakan penduduk asli (14,1%), dan etnis India
(7,3%), dan etnis lainnya (1,3% ). Mayoritas rakyat Singapura menganut agama
Buddha (31,9%) dan Tao (21,9%). 14,9% rakyat Singapura menganut agama Islam,
12,9% menganut agama Kristen, 3,3% Hindu, dan lainnya 0,6%, sedangkan sisanya
(14,5%) tidak beragama. Singapura terdiri atas multietnis (Melayu, Cina, India,
dan Eropa). Tata kehidupan masyarakatnya merupakan perpaduan antara budaya
Timur dan budaya Barat.
Singapura
mempunyai empat bahasa resmi, yaitu Inggris, Mandarin, Melayu, dan Tamil.
Bahasa Melayu adalah bahasa nasional Singapura tetapi lebih bersifat simbolis;
ia digunakan untuk menyanyikan lagu kebangsaan (Majulah Singapura) dan juga
sewaktu latihan dan dalam perbarisan pasukan tentera dan polisi.
Pemerintah
PAP lebih cenderung dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
(lingua franca) dan penggunaan bahasa Melayu hanya terbatas kepada kaum Melayu
saja. Hanya segelintir daripada kaum Tionghoa dan India yang fasih dalam bahasa
nasional (mayoritas daripada mereka telah melewati masa Singapura sebelum
merdeka).
Salah
satu aspek yang paling luar biasa dari Singapura adalah sifat penduduknya yang
kosmopolitan, sebuah keuntungan alami dari posisi geografisnya yang strategis
maupun keberhasilan komersialnya. Dibangun oleh Thomas Stamford Raffles sebagai
sebuah pusat perdagangan pada tanggal 29 Januari 1819, kota kecil tepi laut
Singapura segera menarik para imigran dan pedagang dari negeri Tiongkok, India,
Indonesia, Semenanjung Malaya, dan Timur Tengah.
Tertarik
dengan masa depan yang lebih baik, para imigran datang dengan membawa budaya,
bahasa, adat istiadat, dan kebiasaannya sendiri. Perkawinan silang dan
perpaduan budaya turut berperan dalam memengaruhi keragaman budaya yang
kemudian terbentuk dalam masyarakat Singapura dari berbagai aspek, sehingga menjadikan
warisan budaya yang beragam dan dinamis.
Di
akhir abad ke-19, Singapura menjadi salah satu kota paling kosmopolitan di
Asia, dengan kelompok etnis utama dari kaum Tionghoa, Melayu, India, Peranakan,
dan Eurasia. Saat ini, etnis Tionghoa merupakan etnis mayoritas, yaitu 74,2%
dari total populasi Singapura, sementara penduduk awal negeri ini – 13,4% adalah etnis Melayu. Etnis India
sebanyak 9,2%, dan 3,2% sisanya berasal dari Eurasia, Peranakan, dan etnis lainnya.
Singapura juga banyak dihuni oleh kaum ekspatriat, dengan hampir 20% dari
mereka adalah para pekerja ‘kerah biru’ bukan warga tetap yang berasal dari
Filipina, Indonesia, dan Bangladesh. Sebagian sisa dari populasi ekspatriat
tersebut termasuk para pekerja ‘kerah putih’ yang datang dari berbagai negara,
seperti Amerika Utara, Australia, Eropa, RRC, dan India.
Sebagai
cerminan dari paduan budaya yang dimilikinya, Singapura mengadopsi satu bahasa
untuk mewakili semua dari empat etnis atau kelompok ‘ras’ yang utama. Empat
bahasa resmi dalam konstitusi Singapura adalah bahasa Inggris, Mandarin,
Melayu, dan Tamil. Namun, sebagai pengakuan atas status etnis Melayu sebagai
masyarakat pribumi di Singapura, bahasa nasional Singapura adalah Bahasa
Melayu.
Keberadaan
bahasa-bahasa lainnya, khususnya bahasa Melayu dan Tionghoa, tentunya
berpengaruh terhadap jenis bahasa Inggris yang digunakan di Singapura. Pengaruh
ini terutama tampak dalam bahasa Inggris informal, sebuah bahasa sehari-hari
yang berbasiskan bahasa Inggris yang dikenal secara umum sebagai Singlish.
Sebagai lambang identitas bagi banyak warga Singapura, bahasa tersebut mewakili
sebuah bentuk bahasa campuran yang mencakup kata-kata dari bahasa Melayu, juga
Mandarin dan India.
Hampir
semua orang di Singapura dapat berbicara lebih dari satu bahasa, dan banyak
yang mampu berbicara dalam tiga hingga empat bahasa. Sebagian besar anak-anak
di Singapura tumbuh dalam dua bahasa sejak kecil, dan mereka pun mempelajari
bahasa lain saat mereka tumbuh dewasa.
Dengan
mayoritas populasi yang mampu membaca dan menulis dalam dua bahasa, bahasa
Inggris dan Mandarin merupakan bahasa yang paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sementara
bahasa Inggris merupakan bahasa utama yang diajarkan di sekolah, anak-anak di
Singapura juga mempelajari bahasa ibu mereka untuk memastikan agar tetap
tersambung dengan akar budaya mereka. Di antara dialek bahasa Tionghoa yang
berbeda-beda, bahasa Mandarin dijadikan sebagai bahasa utama etnis Tionghoa
dibandingkan bahasa lainnya seperti Hokian, Tiociu, Kanton, Hakka, Hainan, dan
Fuchow.
Sebagai
bahasa kedua yang paling banyak digunakan di antara etnis Tionghoa di
Singapura, penggunaan bahasa Mandarin meluas setelah dimulainya kampanye Speak
Mandarin di tahun 1980 yang membidik etnis Tionghoa. Di tahun 1990-an, upaya-upaya
lebih digalakkan untuk membidik kalangan etnis Tionghoa yang berpendidikan
bahasa Inggris.
Jelajahilah
berbagai kawasan budaya dan landmark keagamaan di pulau ini, serta kenali lebih
dekat masyakarat multikultural di Singapura. Apakah Anda bergabung dengan
sebuah tur atau menjelajahi Singapura sendiri, Anda pasti akan menemukan
peninggalan sejarah yang menarik, keberagaman budaya yang bervariasi, dan gaya
hidup warga Singapura yang unik selama kunjungan Anda ke negara kota ini. Singapura
memiliki ekonomi pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di
sekitar perdagangan entrepĂ´t. Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan,
Singapura adalah satu dari Empat Macan Asia.
Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005 dan meliputi sektor elektronik, pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis. Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar 10% keluaran wafer dunia.
Singapura
memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di dunia dan merupakan pusat pertukaran
mata uang asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan Tokyo.
Bank Dunia menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia.
Ekonomi
Singapura termasuk di antara sepuluh negara paling terbuka, kompetitif dan
inovatif di dunia. Dianggap sebagai negara paling ramah bisnis di dunia,
ratusan ribu ekspatriat asing bekerja di Singapura di berbagai perusahaan
multinasional. Terdapat juga ratusan ribu pekerja manual asing.
Letak
Singapura yang sangat strategis membuat sektor perdagangan dan jasa berkembang
sangat cepat, bahkan terbesar di Asia Tenggara. Singapura menyediakan berbagai
fasilitas penerbangan dan pelabuhan laut dengan lengkap, sehingga menjadikannya
sebagai tempat singgah sementara (transit) kapal- kapal atau pesawat dari
berbagai maskapai yang hendak melanjutkan perjalanannya. Kondisi politik dan
keamanan yang stabil menjadikan Singapura sebagai tujuan investasi, khususnya
bagi negara-negara Barat yang hendak memperluas pasarnya di kawasan Asia.